- 20 Januari 2025
NAHDLIYIN.COM, Jakarta – Pengasuh Pondok Pesantren Luhur Al-Tsaqafah, Jakarta Selatan, KH Said Aqil Siradj, menguraikan tentang tiga hal yang patut disyukuri. Pertama, bersyukurlah karena telah diciptakan sebagai manusia; kedua, bersyukurlah karena telah diberikan iman dan menjadi seorang muslim; dan ketiga, bersyukurlah menjadi warga Nahdlatul Ulama (NU).
“Kita patut bersyukur karena diciptakan sebagai manusia. Terlebih kita telah beriman dan memeluk agama Islam. Bersyukur pula kita manut ulama, ikut jadi warga NU,” tutur kiai asal Cirebon ini.
Kiai Said menjelaskan bahwa menjadi manusia adalah nikmat yang harus disyukuri, karena Allah memberikan akal dan nafsu. Dengan akal yang dikendalikan oleh iman, manusia dapat meraih kenikmatan di dunia dan akhirat. Hal ini berbeda dengan binatang yang hanya diberi naluri dan malaikat yang tidak memiliki nafsu.
Namun, Kiai Said menekankan bahwa hanya dengan iman manusia bisa mengendalikan nafsunya. Jika akal tidak disertai iman, nafsulah yang akan menguasai. Akibatnya, manusia akan berbuat kerusakan di bumi dan di langit, serta kehilangan harga dirinya sebagai makhluk yang paling istimewa.
“Jika nafsu menguasai akal kita, maka pernsiun saja sebagai manusia. Karena kita telah menjadi makhluk yang hina. Lebih hina dari binatang,” cetusnya.
Contoh kerusakan yang sedang melanda bangsa Indonesia, kata Kiai Said, terlihat pada perilaku orang-orang di lembaga eksekutif, legislatif, dan yudikatif yang lebih mengedepankan kepentingan pribadi mereka, sementara kebenaran terabaikan. Demi memenuhi nafsunya, mereka mengabaikan dan menginjak kebenaran.
“Rusaknya negeri kita saat ini, karena terlalu banyaknya orang di dalam kekuasaan yang mengedepankan nafsunya dengan menginjak kebenaran,” tandasnya.
Nikmat kedua, memeluk agama Islam. Nikmat iman ini, kata Kiai Said, harus disyukuri. Sebab dengan menjadi muslim, manusia mendapatkan bimbingan yang sempurna untuk menjadi mulia.
Dengan tuntunan Al-Qur'an, setiap muslim bisa menjadi orang yang baik, bermanfaat dan benar dalam hidup di dunia. Sehingga kelak di akhirat diberi ganjaran surga.
“Kita ini harus bersyukur karena menjadi muslim. Kalau tidak ada Islam, kita mungkin tetap jahiliyyah seperti sebelum datangnya Rasulullah,” jelasnya.
Nikmat selanjutnya yang patut disyukuri adalah menjadi warga NU. Tanpa berlama-lama, Kiai Said menjelaskan bahwa NU adalah jam'iyyah yang mengayomi, menjaga, dan menjadi wadah yang penuh kedamaian bagi siapa saja.
Meskipun umat Islam berbeda dalam pilihan partai politik dan mungkin berselisih karena kepentingan kekuasaan, ketika mereka berkumpul di kantor NU, mereka bisa rukun dan bercanda dengan penuh tawa.
Lebih dari itu, NU memainkan peran penting dalam menjaga stabilitas Indonesia dan Islam dalam kedamaian. Di negara-negara Arab yang tidak memiliki organisasi seperti NU, yang ada hanya partai politik atau organisasi berbasis ideologi. Ketika terjadi konflik, sering kali yang muncul adalah perang saudara, dengan bedil dan bom yang berbicara.
“Bersyukurlah kita memiliki NU dan menjadi warga NU. Kerukunan dan kedamaian bisa kita dapatkan. Kalau di Arab, begitu ada konflik, terjadi perang bersenjata,” ucapnya bangga.