- 17 Februari 2025
NAHDLIYIN.COM, Jakarta – Menteri Agama Nasaruddin Umar mengharapkan Ikatan Keluarga Alumni Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (IKA PMII) ke depan dapat menjadi sebuah "super team" yang solid. Menurutnya, selama ini IKA PMII terlalu fokus pada figur individu, baik itu superman maupun superwoman, yang dianggap menjadi pendorong utama organisasi.
“Kita harus berani berpikir lain. Tradisi ke-NU-an kita selama ini terlalu fokus melihat sosok atau figur superman dan superwoman. Saya kira IKA PMII sudah harus berpikir soal itu. Jangan lagi bergantung pada figur, tetapi harus bertransformasi menjadi super team,” ujar Menag Nasaruddin Umar saat menghadiri peluncuran Munas VII IKA PMII 2025 di Jakarta, Sabtu malam (18/1/2025).
Nasruddin menambahkan, sudah saatnya IKA PMII lebih mengagumi sistem yang dibangun secara kolektif daripada hanya bergantung pada sosok individu. “Kita harus menciptakan sesuatu yang baru dan kompatibel dengan tantangan zaman saat ini,” imbuhnya.
Peluncuran Munas VII IKA PMII
Acara peluncuran Munas VII IKA PMII ini dihadiri sejumlah tokoh penting, di antaranya Menko Pemberdayaan Masyarakat Abdul Muhaimin Iskandar (Cak Imin), Menteri Perlindungan Pekerja Migran Indonesia (P2MI) Abdul Kadir Kanding, Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPPA) Arifah Fauzi, Ketua Komisi VIII DPR RI Marwan Dasopang, Ketua IKA PMII Ahmad Muqowan, serta para alumni PMII lainnya.
Munas VII IKA PMII dijadwalkan berlangsung pada 21–23 Februari 2025 di Jakarta, dengan tema "Aktualisasi Potensi dan Memperkuat Konsolidasi untuk Mewujudkan Kepentingan Nasional".
Dalam sambutannya, Menag juga menyoroti pentingnya berpikir global untuk alumni PMII. “Indonesia kini sangat diperhatikan dunia. Kita harus memanfaatkan momentum ini dengan mengembangkan pola pikir geopolitik yang lebih luas. Dunia Timur Tengah telah selesai melahirkan Islam. Kini, tugas membesarkan Islam berada pada bangsa seperti Indonesia,” jelasnya.
Nasruddin mengingatkan agar IKA PMII tidak terjebak dalam isu-isu lokal. “Biarkan organisasi lain fokus pada hal lokal. IKA PMII harus berperan lebih besar dalam isu global. Kita memenuhi syarat untuk itu,” tegasnya.
Terkait pendanaan organisasi, Nasaruddin menilai teknik pengumpulan dana selama ini masih terbilang tradisional dan cenderung mengandalkan pemerintah. Ia mendorong IKA PMII untuk lebih mandiri dalam mencari sumber daya.
“Sumber keuangan di luar negeri banyak tersedia. Kita harus belajar membuat proposal yang baik. Selama bergantung pada pendanaan pemerintah, nilai kritis kita akan lemah. Saya harap IKA PMII ke depan dapat menciptakan sistem yang memberikan pencerahan bagi bangsa, sekaligus menjaga independensi sejati. Kita harus berani mengkritik pemerintah, tetapi juga masyarakat,” paparnya.
Nasruddin juga menekankan perlunya IKA PMII menjadi stabilisator yang mampu menjaga keseimbangan, baik terhadap pemerintah maupun internal organisasi. Ia menyoroti pentingnya independensi keilmuan bagi anggota IKA PMII.
“Selama ini kita masih enggan menyampaikan kritik, bahkan terhadap senior. Kini saatnya kita berani menyuarakan kebenaran. Kepengurusan IKA PMII ke depan harus berbasis pada kemampuan, bukan senioritas. Semua anggota memiliki potensi untuk berkontribusi bagi kemajuan organisasi,” tandasnya.