- 19 Juni 2025
NAHDLIYIN.COM, Tangerang Selatan – Rais Syuriyah Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU), KH Muhammad Cholil Nafis, menegaskan bahwa menghadiri haul seorang ulama bukan hanya sebatas mendoakan yang wafat, tetapi juga sebagai ajang menggali inspirasi dan meneruskan perjuangan sang tokoh.
"Haul bukan hanya soal doa. Lebih dari itu, kita hadir untuk menyerap nilai-nilai perjuangan, meniru, dan melanjutkan misi dakwah beliau," ujar Kiai Cholil dalam ceramahnya pada Malam Puncak Haul ke-9 KH Ali Mustafa Yaqub di Masjid Muniroh Salamah, Pesantren Darus-Sunnah, Ciputat Timur, Tangerang Selatan, Sabtu malam (3/5/2025).
Dalam ceramahnya, Ketua Bidang Dakwah dan Ukhuwah Majelis Ulama Indonesia (MUI) tersebut menyampaikan tiga warisan inspiratif dari sosok KH Ali Mustafa Yaqub, yang lahir pada 1952 dan wafat pada 2016.
1. Dakwah Melalui Khatabah dan Kitabah
Sebagai pakar hadis, Kiai Ali dikenal tidak hanya mahir dalam berceramah (khatabah), tetapi juga produktif menulis (kitabah). “Keterampilan menyampaikan dakwah secara lisan dan tulisan ini sangat jarang dimiliki secara bersamaan. Hingga akhir hayatnya, beliau telah menghasilkan lebih dari 50 buku dalam bahasa Indonesia, Arab, dan Inggris,” papar Kiai Cholil.
2. Kritis dan Solutif dalam Menyikapi Isu Keumatan
Kiai Ali dikenal sebagai ulama yang peduli terhadap kondisi umat. Ia tidak ragu menyampaikan kritik dengan cara yang tegas namun konstruktif. Salah satu contohnya adalah pandangannya terhadap fenomena haji berulang. "Menurut beliau, dana haji berulang lebih baik dialihkan untuk pemberdayaan umat yang lebih membutuhkan," jelasnya.
3. Cinta Ilmu yang Tak Pernah Padam
Meski telah menjadi Imam Besar Masjid Istiqlal dan tokoh nasional, semangat belajar Kiai Ali tidak pernah surut. Ia menempuh program doktoral di Universitas Nizamia, Hyderabad, India. Disertasinya diuji oleh tiga ulama besar dari India dan Suriah. "Dalam banyak kesempatan, beliau menyampaikan bahwa jika ada jenjang pendidikan di atas S3, beliau ingin menempuhnya," kenang Kiai Cholil.
Kiai Cholil juga mendorong para santri dan mahasantri untuk terus mengasah keterampilan berbicara di depan publik, menulis, dan aktif mengikuti isu-isu keumatan, termasuk melalui media sosial. “Santri harus menjadi pemimpin opini (opinion leader), peka terhadap kondisi sosial, dan aktif meluruskan ketimpangan yang terjadi di masyarakat. Misalnya dalam isu penyalahgunaan narkoba dan pergaulan bebas,” ujarnya.
Ceramah yang berlangsung selama satu jam itu dihadiri ratusan jamaah dari berbagai kalangan, mulai dari santri, mahasantri, alumni, wali santri, hingga tokoh masyarakat. Meskipun hujan turun sepanjang acara, antusiasme hadirin tetap tinggi.
Malam puncak haul ini mengangkat tema Napak Tilas Pemikiran Kiai Ali: Kontekstualisasi Dakwah Nabi di Era Kini. Rangkaian kegiatan haul telah digelar selama beberapa bulan sebelumnya, mencakup seminar, bahtsul masail, lomba menulis artikel, cipta puisi, musabaqah qiraatul kutub, hifdzul hadits, hifdzul Qur’an, khataman Al-Qur’an, serta ziarah.