Selasa, 18 Februari 2025 10:40 WIB

Dimensi Keimanan dan Rasionalitas dalam Isra` Mi`raj


  • Kamis, 30 Januari 2025 13:12 WIB

NAHDLIYIN.COM, Jakarta – Isra' Mi'raj merupakan salah satu peristiwa paling monumental dalam sejarah Islam. Peristiwa ini menggambarkan perjalanan luar biasa Nabi Muhammad SAW dari Masjidil Haram di Makkah ke Masjidil Aqsa di Yerusalem (Isra'), kemudian dilanjutkan dengan perjalanan menembus langit menuju Sidratul Muntaha (Mi'raj). Kejadian ini tidak hanya menjadi ujian keimanan bagi umat Islam, tetapi juga menampilkan sisi rasionalitas yang dapat dikaji lebih dalam.

Isra' Mi'raj adalah peristiwa yang tidak dapat dijelaskan sepenuhnya oleh logika manusia biasa. Oleh karena itu, keimanan menjadi aspek utama dalam memahami dan meyakini peristiwa ini. Allah SWT berfirman dalam Surah Al-Isra' ayat 1:

"Maha Suci Allah yang telah memperjalankan hamba-Nya pada suatu malam dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqsa yang telah Kami berkahi sekelilingnya agar Kami perlihatkan kepadanya sebagian dari tanda-tanda (kebesaran) Kami. Sesungguhnya Dia Maha Mendengar lagi Maha Melihat." (QS. Al-Isra': 1)

Bagi orang-orang beriman, ayat ini menjadi bukti bahwa peristiwa Isra' Mi'raj adalah kehendak Allah yang harus diterima dengan keyakinan penuh. Dalam sejarahnya, peristiwa ini menjadi ujian bagi banyak sahabat Nabi. Abu Bakar Ash-Shiddiq menjadi contoh utama keimanan sejati, karena ia langsung membenarkan apa yang dikisahkan Nabi tanpa ragu sedikit pun. Keimanan yang kuat terhadap kebenaran wahyu dan kekuasaan Allah menjadi fondasi utama bagi umat Islam dalam menerima Isra' Mi'raj.

Meskipun Isra' Mi'raj adalah peristiwa yang melampaui nalar manusia, beberapa aspek di dalamnya dapat dikaji secara rasional. Dalam konteks ilmiah modern, konsep perjalanan lintas dimensi dan kecepatan cahaya sering kali dikaitkan dengan perjalanan Nabi Muhammad SAW. Ilmuwan fisika modern seperti Albert Einstein dengan teori relativitasnya menjelaskan bahwa waktu dapat melambat dalam kecepatan yang sangat tinggi. Hal ini memberikan perspektif bahwa perjalanan Isra' Mi'raj bukan sekadar perjalanan biasa, melainkan sebuah fenomena yang bisa dipahami dalam kerangka ilmu pengetahuan.

Selain itu, aspek lainnya yang dapat dianalisis adalah tujuan dari perjalanan ini. Isra' Mi'raj bukan hanya sekadar perjalanan fisik, tetapi juga memiliki makna spiritual yang dalam. Nabi Muhammad SAW diperlihatkan berbagai hal yang menjadi pelajaran bagi umat manusia, seperti gambaran surga dan neraka, serta perintah shalat lima waktu yang menjadi kewajiban utama umat Islam. Dalam hal ini, peristiwa Isra' Mi'raj memiliki dimensi edukatif yang rasional, yakni sebagai sarana pembelajaran bagi umat Islam tentang keadilan Allah dan pentingnya ibadah dalam kehidupan.

Isra' Mi'raj adalah peristiwa yang mengandung dua dimensi utama: keimanan dan rasionalitas. Dari sisi keimanan, peristiwa ini menjadi ujian bagi umat Islam untuk meyakini kekuasaan Allah SWT di luar batasan logika manusia. Sementara itu, dari sisi rasionalitas, berbagai kajian ilmiah menunjukkan bahwa fenomena luar biasa seperti ini bukanlah sesuatu yang mustahil dalam hukum alam yang diciptakan oleh Allah. Dengan memahami kedua aspek ini, umat Islam dapat semakin memperkuat keyakinan mereka serta menggali hikmah yang lebih dalam dari peristiwa Isra' Mi'raj.



ARTIKEL TERKAIT