NAHDLIYIN.COM, Jakarta – Dalam perjalanan dunia kerja, tantangan adalah bagian yang tak terelakkan: deadline yang mendesak, target yang tinggi, hingga kompetisi yang ketat menjadi makanan sehari-hari. Untuk menghadapi itu semua, ada dua kunci utama yang dapat menjadi pedoman: tawakal dan ikhtiar.
Ikhtiar adalah langkah nyata yang dilakukan dengan penuh usaha dan kesungguhan: bekerja keras, memperbaiki keterampilan, serta mencari solusi terbaik dalam setiap permasalahan. Sementara itu, tawakal adalah sikap berserah diri kepada Allah setelah semua usaha maksimal dilakukan: menerima hasil dengan lapang dada, baik sesuai harapan maupun tidak, sembari meyakini bahwa setiap keputusan-Nya adalah yang terbaik.
Dunia kerja adalah salah satu arena ujian kehidupan: penuh tantangan, persaingan, dan target yang harus dicapai. Sebagai seorang Muslim, menghadapi tantangan tersebut memerlukan keseimbangan antara usaha (ikhtiar) dan kepasrahan kepada Allah (tawakal), sebagaimana diajarkan dalam Islam.
- Ikhtiar sebagai bentuk usaha maksimal
Islam mengajarkan bahwa seorang Muslim harus berusaha dengan sungguh-sungguh dalam setiap pekerjaannya. Allah berfirman:
"Dan manusia hanya memperoleh apa yang telah diusahakannya." (QS. An-Najm: 39).
Ikhtiar mencakup peningkatan kompetensi, perencanaan yang matang, dan kerja keras untuk mencapai tujuan. Tidak ada keberhasilan tanpa usaha yang nyata. Rasulullah SAW juga mengingatkan, "Ikatlah untamu, kemudian bertawakallah." (HR. Tirmidzi). Ini menunjukkan bahwa usaha adalah prasyarat sebelum menyerahkan hasilnya kepada Allah.
- Tawakal sebagai bentuk kepasrahan kepada Allah
Setelah melakukan ikhtiar maksimal, seorang Muslim harus menyerahkan hasilnya kepada Allah. Tawakal tidak berarti menyerah sebelum berusaha, tetapi mempercayai bahwa hasil akhirnya ada dalam kuasa Allah. Sebagaimana firman-Nya:
"Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, maka bertawakallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakal." (QS. Ali Imran: 159).
Dengan tawakal, hati menjadi lebih tenang karena menyadari bahwa setiap keputusan Allah pasti mengandung hikmah terbaik, meski hasilnya kadang tidak sesuai harapan.
- Keseimbangan antara ikhtiar dan tawakal
Islam menekankan pentingnya menjaga keseimbangan antara usaha dan kepasrahan. Ikhtiar tanpa tawakal akan membuat hati mudah lelah dan kecewa. Sebaliknya, tawakal tanpa ikhtiar adalah sikap pasif yang tidak sesuai dengan ajaran Islam. Keseimbangan ini menjadi jalan untuk memperoleh keberkahan dalam pekerjaan dan kehidupan. Rasulullah SAW bersabda: "Jika kalian bertawakal kepada Allah dengan sebenar-benarnya tawakal, niscaya Allah akan memberi rezeki kepada kalian sebagaimana Dia memberi rezeki kepada burung yang pergi pagi hari dengan perut kosong dan pulang sore hari dalam keadaan kenyang." (HR. Tirmidzi).
- Berdoa sebagai pendukung ikhtiar dan tawakal
Selain berusaha dan bertawakal, doa adalah sarana untuk memohon kekuatan dan pertolongan Allah. Doa menunjukkan ketergantungan seorang hamba kepada Sang Pencipta. Allah berjanji:
"Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Aku kabulkan untukmu." (QS. Ghafir: 60).
Doa juga menjadi penguat hati dalam menghadapi segala kesulitan, sehingga seorang Muslim tetap optimis dan tidak mudah putus asa.
Dengan menggabungkan ikhtiar yang sungguh-sungguh, tawakal yang penuh kepasrahan, dan doa yang tulus, seorang Muslim dapat menghadapi tantangan kerja dengan keyakinan bahwa setiap usaha akan bernilai ibadah dan mendatangkan keberkahan dunia serta akhirat. Islam mengajarkan bahwa keberhasilan sejati bukan hanya soal hasil, tetapi juga kesungguhan dalam menjalani proses dengan penuh keimanan kepada Allah SWT.