Rabu, 03 Desember 2025 16:21 WIB

Para Ulama Madura Serukan Penyelesaian Polemik PBNU Lewat Otoritas Musytasyar dan Sesepuh NU


  • Rabu, 03 Desember 2025 15:11 WIB

NAHDLIYIN.COM, Bangkalan – Polemik yang tengah terjadi di tubuh Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) mengundang perhatian dan keprihatinan mendalam dari para alim ulama Madura. Mereka menilai dinamika tersebut tidak boleh dibiarkan berlarut-larut dan harus diserahkan sepenuhnya kepada para Musytasyar dan sesepuh NU sebagai pemegang otoritas tertinggi dalam jam’iyyah.

Sikap tersebut disampaikan dalam pertemuan dan silaturahmi para ulama di Ndalem Kasepuhan Syaikhona Muhammad Kholil Bangkalan, Selasa malam (2/12/2025). Forum ini digagas oleh Rais Syuriyah PCNU Bangkalan sekaligus sesepuh Bani Syaikhona Kholil, KH Muhammad Faishol Anwar.

Pertemuan yang berlangsung khidmat itu dihadiri para ulama dan masyayikh Pesantren Madura Raya, serta puluhan Rais Syuriyah dari empat kabupaten se-Madura. Para kiai secara tegas menyampaikan kegelisahan mereka terhadap kondisi di PBNU yang dinilai dapat mengganggu marwah dan stabilitas organisasi.

“Kami merasakan keprihatinan yang teramat mendalam atas kondisi yang terjadi di lingkungan PBNU saat ini,” ujar KH Faishol Anwar.

Dalam forum tersebut, para kiai sepakat bahwa penyelesaian persoalan internal PBNU harus sepenuhnya berada di bawah arahan Musytasyar dan sesepuh NU. Mereka lah yang memegang otoritas moral dan struktural tertinggi di Nahdlatul Ulama.

Juru bicara para ulama, KH Syafik Rofi’i, menegaskan bahwa seluruh Rais Syuriyah empat kabupaten Madura memandang perlunya langkah bijak untuk meredam kegaduhan di PBNU.

“Tanfidziyah pun semestinya mengikuti garis keputusan para ulama demi kemaslahatan organisasi,” ujarnya.

Para ulama menilai, perbedaan pendapat adalah hal yang lumrah, namun jika tidak disikapi dengan kebijaksanaan, ia bisa menjadi sumber perpecahan yang merugikan semua pihak.

Melalui pernyataan bersama, para kiai mengajak seluruh warga NU untuk tetap tenang, menjaga ukhuwah nahdliyah, dan memperbanyak munajat kepada Allah agar PBNU segera menemukan jalan keluar terbaik.

“Stabilitas PBNU berdampak luas, sebab warga NU merupakan bagian mayoritas dari masyarakat Indonesia,” ujar KH Syafik.

Pernyataan ini sekaligus mengingatkan bahwa dinamika di tingkat pusat dapat mempengaruhi kekuatan sosial warga NU yang tersebar di seluruh penjuru negeri.

Usai pertemuan, para ulama menggelar munajat di Maqbarah Syaikhona Muhammad Kholil dan dilanjutkan di kediaman yang pernah ditempati beliau. Pemilihan dua tempat tersebut bukan tanpa alasan.

Para kiai menyebut, tabarruk di maqbarah Syaikhona Kholil merupakan ikhtiar agar para pengurus di PBNU tersentuh hatinya, menahan diri, dan segera menempuh jalur islah.

Mereka juga mengingatkan bahwa masyarakat luas telah memberi perhatian besar terhadap polemik ini. Jika tidak segera diselesaikan, citra NU dikhawatirkan ikut terdampak.

“Kalau tidak segera islah, yang rugi bukan hanya NU, tetapi juga masyarakat secara moral dan sosial,” tegas para ulama.



ARTIKEL TERKAIT