- 05 Desember 2025
NAHDLIYIN.COM, Jakarta – Pondok Pesantren Tebuireng menginisiasi langkah penting untuk mendinginkan suasana di tengah dinamika yang terjadi di tubuh Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU). Melalui dua surat undangan resmi bernomor sama: 2312/I/HM/0001/PENG/XII/2025, Tebuireng mengundang unsur Mustasyar, Syuriyah, dan Tanfidziyah PBNU untuk bersilaturahmi di Ndalem Kasepuhan Pesantren Tebuireng, Jombang, pada Sabtu, 6 Desember 2025.
Surat tersebut ditandatangani oleh Pengasuh Pesantren Tebuireng, KH Abdul Hakim Mahfudz, dan KH Umar Wahid selaku sohibul hajat. Undangan ini merupakan tindak lanjut dari pertemuan para sesepuh NU di Pondok Pesantren Al-Falah Ploso pada 30 November 2025.
Meski digelar di tempat dan hari yang sama, silaturahmi dibagi ke dalam dua sesi berbeda:
Silaturahmi Mustasyar dengan Rais Aam PBNU
• Waktu: 10.00–12.00 WIB
• Undangan: 13 Mustasyar, 3 Syuriyah (KH Miftachul Akhyar, KH Afifuddin Muhajir, KH Anwar Iskandar), 2 Tanfidziyah (H Saifullah Yusuf, H Gudfan Arif)
Silaturahmi Mustasyar dengan Ketua Umum PBNU
• Waktu: 13.00–15.00 WIB
• Undangan: 30 Mustasyar, 3 Syuriyah (KH Muadz Thohir, KH Abdul Ghofur Maimoen, KH Ahmad Said Asrori), 2 Tanfidziyah (KH Yahya Cholil Staquf, H Amin Said Husni)
Daftar undangan pertama dan kedua memuat nama-nama kiai sepuh dan tokoh-tokoh besar NU, mulai dari KH A. Mustofa Bisri, Prof. Dr. KH Ma’ruf Amin, KH Anwar Manshur, Prof. Dr. KH. Said Aqil Siroj, Nyai Hj. Shinta Nuriyah Wahid, hingga Habib Luthfi bin Yahya, serta para masyayikh karismatik lainnya.
Ketika dikonfirmasi NU Online pada Kamis (4/12/2025), KH Umar Wahid membenarkan adanya undangan tersebut.
"Benar. Saya meminta pertemuan itu dilaksanakan di Pesantren Tebuireng," ujarnya.
Gus Umar mengingatkan kembali cita-cita luhur para pendiri NU, seperti Hadratussyaikh KH Hasyim Asy’ari dan KH Bisri Syansuri, yang mendirikan NU untuk kepentingan umat dan bangsa.
Ia berharap silaturahmi ini membawa angin sejuk di tengah dinamika yang berkembang.
"Sebagian besar rakyat Indonesia berharap NU tetap menjadi jangkar. Orang mau agamanya apa, suku apa, semuanya ingin NU tetap menjadi jangkar, karena sejarah membuktikan NU bisa menjadi jangkar. Masa gara-gara urusan begini urusan kecil dibanding kebesaran NU kita jadi ribut," tegasnya.
Langkah Pesantren Tebuireng ini menjadi upaya kolektif untuk merawat marwah NU sebagai perekat bangsa. Kehadiran para mustasyar, syuriyah, dan tanfidziyah dalam satu ruang silaturahmi menunjukkan harapan besar: bahwa NU akan tetap kembali ke khittah persatuan dan kebijaksanaan para pendiri.
Silaturahmi ini dipandang sebagai momentum penting untuk memastikan NU tetap menjadi kekuatan pemersatu bukan hanya bagi Nahdliyin, tetapi bagi seluruh rakyat Indonesia.