Senin, 29 April 2024 20:02 WIB

Ketua NU Bangkalan Sebut Puasa Membentuk Karakter Peka Sosial


  • Kamis, 21 Maret 2024 14:31 WIB

NAHDLIYIN.COM, Bangkalan – Ketua Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU) Bangkalan, KH Muhammad Makki Nasir menjelaskan bahwa puasa memiliki hubungan erat dengan kehidupan sosial di sekitar. Puasa juga tidak hanya menahan makan dari fajar sampai Maghrib. Lebih dari itu, puasa dapat membentuk karakter manusia lebih peka dengan kondisi sosial.

"Secara epistemologi, ibadah baik ritual maupun sosial seharusnya menggambarkan nilai keimanan seseorang," ujarnya sebagaimana dilansir NU Online Jatim, Kamis (21/03/2024).

Kiai Makki mengibaratkan peka terhadap sosial melalui shalat. Menurutnya, shalat tidak hanya gerakan yang dimulai dengan takbir dan diakhiri dengan salam. Lebih dari itu, shalat membentuk kepribadian seorang hamba semakin bergairah dalam meningkatkan nilai-nilai sosial sebagai bentuk pengamalan bahwa manusia saling membutuhkan.

"Begitu pula dengan puasa yang sejatinya mengantarkan kita lebih pada ikut merasakan apa yang dirasakan oleh saudara kita yang berada dalam garis kekurangan. Di sinilah kesadaran kita harus ditumbuhkan dalam ruang lingkup sedekah dan saling tolong menolong," jelasnya.

Dirinya pun mengutip sabda Rasulullah SAW, bahwa ada empat golongan yang dirindukan surga. Pertama, orang yang membaca Al-Qur’an. Kedua, menjaga lisannya. Ketiga, memberi makanan orang-orang yang kelaparan. Keempat, orang-orang yang berpuasa di bulan Ramadhan.

"Dari hadist di atas, betapa kita dianjurkan untuk selalu membantu orang-orang yang membutuhkan uluran tangan kita, memberi makanan kepada orang yang kurang mampu adalah ciri-ciri yang dirindukan oleh surga," jelasnya.

Ia mengungkapkan bahwa merawat dan menjaga tatanan sosial di sekitar adalah aturan main syariat yang sangat vital. Dirinya pun menyadari bahwa kehidupan sosial hendaknya harus tidak ada ketimpangan antara satu dengan yang lain. Cita-cita luhur untuk menjadikan Indonesia sebagai bangsa yang beradab bukanlah cita-cita yang ditanam oleh konsep-konsep mentah dan selalu didiskusikan.

"Maka perlu bagi kita menjadikan momentum bulan puasa sebagai muhasabah diri untuk menjunjung nilai-nilai kemanusiaan, menuju kehidupan yang bernuansa religi dalam bingkai Negara Kesatuan Republik Indonesia," pungkasnya.



ARTIKEL TERKAIT