- 05 Desember 2025
NAHDLIYIN.COM, Jakarta – Wali berarti orang dekat atau kekasih, yang terkait dengan hati, rasa, dan kesetiaan, serta ditandai oleh ketundukan kepada yang dicintai.
Dalam konteks dunia tasawuf, wali identik dengan waliyullah atau kekasih Allah. Keberadaannya sangat sulit dilacak, karena memang waliyullah bukan selevel penjual cilot yang teriak kesana-kemari menjajakan dagangannya.
Menurut Ibn Hajar dalam Fathul Bari disebutkan:
والمراد بولي الله: العالِم بالله المواظب على طاعته المخلص في عبادته
Artinya: Waliyullah adalah orang yang paham akan Allah, yang konsisten taat kepadaNya dan tulus beribadah kepadaNya.
Bagaimana mungkin seorang pecinta akan menceritakan kedahsyatan cintanya kepada orang awam yang tidak paham tentang makna cinta dan kesetiaan.
Membincangkan dunia wali, tentu tidak bisa dilepaskan dari beberapa tokoh yang dianggap waliyullah, salah satunya adalah Gus Miek. Sosok yang oleh penggemar setianya ditengarai sebagai waliyullah ini tidak serta merta berbangga hati, malah beliau berusaha menghindari mereka, dan bersembunyi, sulit dideteksi keberadaannya. Beliau tidak ingin disebut waliyullah, kiai, atau apapun sebutan mulia lainnya.
Gus Miek mempunyai nama lengkap KH. Hamim Jazuli adalah sosok kiai yang legendaris dengan cerita karomah yang menginspirasi banyak orang. Lahir pada 17 Agustus 1940 di Kediri, Jawa Timur, Gus Miek dikenal dengan gaya dakwahnya yang unik dan tidak biasa. Ia kerap mendekati komunitas yang dianggap jauh dari agama, seperti para penjudi dan pemabuk, untuk menanamkan nilai-nilai spiritual Islam.
Dakwah yang dilakukan oleh Gus Miek dianggap unik karena beliau sering memasuki tempat-tempat yang tidak lazim untuk menyampaikan ajaran Islam, seperti diskotik dan tempat perjudian. Salah satu cerita menarik adalah ketika Gus Miek pergi ke diskotik dan bertemu dengan seseorang yang sedang minum minuman keras. Gus Miek mendekatinya dan mengambil minuman tersebut, tetapi tidak menelannya. Alih-alih, beliau membuangnya ke laut melalui mulutnya.
Metode dakwah Gus Miek tidak terikat pada konvensi. Beliau pendiri amalan dzikir Jamaah Mujahadah Lailiyah, Dzikrul Ghofilin, dan Sema'an Jantiko Mantab. Sebuah gerakan zikir yang dilakukan pada malam hari, guna membimbing umat untuk mendekatkan diri kepada Allah. Meski metodenya sering kali dianggap tidak lazim, keberhasilannya mendekati berbagai golongan masyarakat sulit disangkal.
Pada suatu waktu, Gus Miek berada di tepi Sungai Brantas dan menyaksikan orang sedang memancing. Ketika terjadi banjir besar, Gus Miek tidak sengaja tergelincir ke sungai dan terseret oleh pusaran air.
Beberapa jam kemudian, santri yang ditugaskan oleh ayah Gus Miek mulai mencari di sepanjang tepi sungai, berharap Gus Miek bisa tersangkut atau berenang ke tepi, tapi tanpa hasil. Kemudian yang mengejutkan, Gus Miek muncul dari tengah sungai, berdiri di atas air yang hanya mencapai mata kakinya. Hal ini karena saat itu Gus Miek berada di atas punggung ikan yang sangat besar, yang menurutnya merupakan ikan peliharaan dari gurunya, yaitu Nabi Khidir.
Yang membuat Gus Miek begitu dikenang adalah kisah-kisah karomahnya yang dianggap melampaui logika. Banyak saksi menyatakan bahwa Gus Miek memiliki kemampuan untuk membaca isi hati seseorang, memberikan nasihat yang tepat tanpa diminta, dan terkadang mampu mengetahui peristiwa yang akan terjadi. Cerita-cerita ini tidak hanya memperkuat karisma Gus Miek, tetapi juga menjadikannya teladan dalam dakwah yang penuh kasih sayang.
Gus Miek Mengubah Minuman Keras Menjadi Air Putih. Ini berawal dari kesaksian seorang pemilik sebuah rumah makan di Perak Jombang menceritakan bahwa suatu kali Gus Miek menantang beberapa peminum berat untuk berlomba minum alkohol di warungnya.
Gus Miek meminta beberapa krat minuman alkohol disediakan, lalu mereka mulai minum bersama hingga habis banyak botol. Para peminum berat akhirnya mabuk dan menyerah, sementara Gus Miek masih santai menikmati minumannya.
Setelah mereka pergi, pemilik warung membersihkan botol-botol yang berserakan di meja. Saat membersihkan, pemilik warung menemukan botol minuman Gus Miek yang masih berisi. Dengan rasa penasaran, pemilik warung mencicipinya dan menemukan bahwa minuman itu telah berubah menjadi seperti air putih.
Gus Miek wafat pada 5 Juli 1993 dan dimakamkan di Desa Tambak, Kediri. Hingga kini, makamnya menjadi tempat ziarah, sementara warisan spiritualnya terus hidup melalui jamaah dan para pengikutnya. Gus Miek mengajarkan bahwa dakwah tidak hanya soal ceramah di mimbar, tetapi tentang bagaimana merangkul mereka yang tersesat dengan hati yang penuh ketulusan.
Gus Miek adalah contoh nyata bagaimana seorang kiai bisa menjangkau semua lapisan masyarakat melalui pendekatan yang penuh cinta dan kebijaksanaan. Karomahnya tidak hanya menjadi bagian dari kisah hidupnya, tetapi juga sebuah pengingat bahwa jalan menuju Tuhan dapat ditempuh melalui berbagai cara yang melampaui nalar manusia.