Selasa, 18 Februari 2025 10:59 WIB

Menggali Hikmah di Balik Kesulitan, Optimisme Seorang Mukmin


  • Selasa, 28 Januari 2025 14:54 WIB

NAHDLIYIN.COM, Jakarta – Hidup manusia ibarat roda yang terus berputar, terkadang berada di atas, terkadang di bawah. Pergantian antara kebahagiaan dan kesulitan menjadi bagian yang tak terpisahkan. Namun, tidak jarang kesulitan hidup membuat sebagian orang merasa putus asa, seolah tak ada lagi jalan keluar. Padahal, bagi seorang mukmin, ujian hidup adalah panggilan untuk semakin mendekatkan diri kepada Allah Swt. Dialah tempat mengadu yang Maha Kuasa atas segala urusan, termasuk kehidupan manusia.

Sikap mengeluh dan berputus asa tidak sepantasnya menjadi bagian dari seorang yang beriman. Allah Swt. menegaskan bahwa pertolongan-Nya sangat dekat, bahkan ujian yang menimpa bisa menjadi jalan menuju surga. Hal ini tercantum dalam Al-Qur’an surat Al-Baqarah (2) ayat 214:

"Apakah kamu mengira bahwa kamu akan masuk surga, padahal belum datang kepadamu (cobaan) seperti (yang dialami) orang-orang terdahulu sebelum kamu? Mereka ditimpa kemelaratan, penderitaan, dan diguncang dengan berbagai cobaan sehingga Rasul dan orang-orang beriman bersamanya berkata, 'Kapankah datang pertolongan Allah?' Ingatlah, sesungguhnya pertolongan Allah itu dekat."

Selain janji-Nya bahwa pertolongan-Nya dekat, Allah Swt. juga menjelaskan bahwa di balik setiap kesulitan selalu ada kemudahan. Dalam surat Al-Syarh (94) ayat 5-6, Allah berfirman:

"Maka sesungguhnya beserta kesulitan ada kemudahan. Sesungguhnya beserta kesulitan ada kemudahan."

Keajaiban pertolongan Allah Swt. tidak hanya dekat, tetapi juga dahsyat. Kisah Nabi Ibrahim a.s. ketika diselamatkan dari api Raja Namruz menjadi bukti nyata kebesaran-Nya. Allah berfirman dalam Al-Qur’an surat Al-Anbiya’ (21) ayat 69:

"Kami (Allah) berfirman, ‘Wahai api, jadilah dingin dan keselamatan bagi Ibrahim!’"

Kisah lain adalah runtuhnya pasukan bergajah Abrahah yang hendak menghancurkan Ka’bah. Dengan rahmat Allah Swt., pasukan tersebut dihancurkan oleh kawanan burung yang membawa batu dari sijjin, sebagaimana dijelaskan dalam surat Al-Fil (105) ayat 1-5.

Kisah-kisah ini memberikan pelajaran bahwa di balik ujian berat, ada pertolongan Allah yang begitu besar. Umat terdahulu telah melewati ujian hidup yang berat, tetapi mereka tetap bertahan dengan iman yang kuat.

Di tengah berbagai permasalahan bangsa saat ini, seperti krisis ekonomi, kemiskinan, dan kerusakan akhlak, kita pun diingatkan untuk lebih banyak berzikir, berdoa, dan berusaha. Sikap pesimis, mengeluh, atau menyalahkan keadaan bukanlah jalan keluar. Sebaliknya, optimisme, sabar, dan usaha adalah kunci untuk mengatasi segala kesulitan.

Khalifah Umar bin Khattab pernah menyemangati pasukannya dalam suratnya kepada Ubaidah bin Jarrah saat menghadapi kesulitan. Beliau menekankan pentingnya sabar dan keyakinan bahwa Allah akan memberikan kemudahan setelah kesulitan. Hal ini sejalan dengan firman Allah dalam surat At-Talaq (65) ayat 7:

"... Allah akan memberikan kelapangan setelah kesempitan."

Kemudahan ini tentu tidak datang begitu saja. Diperlukan usaha, kesabaran, dan keyakinan penuh bahwa pertolongan Allah Swt. akan tiba. Imam Syafi’i pernah berpesan, "Siapa yang meyakini kebesaran Allah, ia tidak akan pernah merasa hina. Dan siapa yang menyandarkan harapan kepada-Nya, pasti harapannya akan terwujud."

Sebagai mukmin, kita diajak untuk tetap optimis dan introspeksi diri di tengah kesulitan. Doa yang belum terkabul adalah ajakan untuk lebih gigih dalam berjuang. Seperti kegelapan malam yang puncaknya selalu diikuti oleh fajar, kesulitan pun pasti berlalu, berganti dengan kemudahan bagi mereka yang sabar, tawakal, dan terus berusaha.

Semoga Allah Swt. selalu memberikan kekuatan bagi kita untuk istiqamah di jalan-Nya dan menghadapi setiap ujian dengan penuh iman dan harapan. Badai pasti berlalu, dan kemudahan akan datang menggantikan setiap kesulitan.



ARTIKEL TERKAIT